Inilah Pidato Bung Karno untuk Malaysia
JAKARTA – waone media : Pidato Bung Karno untuk Malaysia Perseteruan sengit antara Indonesia dan Malaysia kembali mencuat didepan kita . Ketegagan oleh negeri serumpun malaysia kali ini dipicu dari ditangkap dan disiksanya tiga petugas kelautan Indonesia oleh kepolisian diraja Malaysia.
Kejadian tragis ini mengingatkan kita semua akan sejarah di masa lampau . Dimana, pada tahun 1962-1966 Indonesia tercinta juga sempat terlibat cekcok dengan Negri Jiran malaisyia. waktu itu, persoalan dipicu oleh ulah Malaysia yang dahulu dikenal dengan Persekutuan Tanah Melayu ingin menggabungkan Brunei, Sabah, dan Serawak menjadi Federasi Malaysia.
Tindakan semena mena tersebut, langsung saja dikecam oleh Presiden pertama RI yang Pada waktu itu dijabat oleh Soekarno. Bung Karno menilai, Negara Malaysia adalah boneka Inggris, dan langkahnya tersebut akan mengganggu keamanan di Indonesia. Bung Karno memproklamirkan gerakan ”Ganyang Malaysia” melalui pidatonya yang bersejarah pada 12 April 1963. Berikut adalah kutipan Pidato Bung Karno untuk Malaysia oleh Sang Proklamator RI tersebut;
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu.
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya. Serukan serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo... ayoo... kita... Ganjang... Ganjang... Malaysia... Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad Semangat kita badja Peluru kita banjak Njawa kita banjak Bila perlu satoe-satoe!
Menyikapi Pidato Bung Karno untuk Malaysia Tersebut, Malaysia pun murka. Mereka sontak mendemo Kedubes RI di Kualalumpur Malaysia dan merobek-robek foto Soekarno. Bahkan, demonstran juga sempat membawa lambang burung garuda kepada Tunku Abdul Rahman dan meminta agar dia menginjaknya.
Namun, polemik cekcok tersebut mereda setelah posisi Soekarno digantikan oleh presiden Soeharto. Pada 28 Mei 1966, Indonesia dan Malaysia pun sepakat untuk berdamai, dan lahirlah penandatanganan perdamaian dilakukan pada 11 Agustus.
Editor By Wawan Hermanto
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan nama dan web kamu dan bercomentlah dengan baik